I. POSISI WANITA SEBAGAI PENOLONG YANG TUNDUK
1.) Kedudukan sama tetapi fungsi berbeda.
Tuhan telah menempatkan seorang istri sebagai penolong yang sepadan bagi suaminya, baik dalam keadaan suka maupun duka (Kej. 2:18). Penolong yang sepadan disini maksudnya adalah seorang wanita atau istri yang “cocok/pas/setara”, sehingga kehidupan seorang laki-laki atau suami menjadi lengkap dan sempurna. Pria dan wanita dihadapan Allah memiliki kedudukan yang sama tetapi fungsi berbeda. Seorang isteri berfungsi sebagai penolong suami sedangkan suami berfungsi sebagai kepala isteri. (Kejadian 1:26-27, Efesus 5:22-33)
2.) Mitra Suami.
Setiap istri melalui potensi yang dimilikinya, seharusnya dapat membawa dampak positif atau berdaya guna bagi pasangannya sehingga ia menjadi mitra suami yang baik dan sempurna, seperti yang dikehendaki oleh Allah.
II. Peran Istri sebagai penolong menjadikan suami lebih maksimal dalam hal :
1.) Sebagai Imam, Raja dan Nabi.
Sebagai Imam
Sebagai Raja
Sebagai Nabi
2.) Dalam Menggembangkan Potensi Suami.
Seorang istri yang baik, harus memiliki kehidupan rohani yang senantiasa takut akan Allah, berhikmat serta mempunyai hubungan yang intim dengan Tuhan. Hal-hal ini sangat berguna demi mendukung segala potensi yang dimiliki oleh sang suami sebagai kepala keluarga yang baik.
Seorang istri yang baik, harus memiliki kehidupan rohani yang senantiasa takut akan Allah, berhikmat serta mempunyai hubungan yang intim dengan Tuhan. Hal-hal ini sangat berguna demi mendukung segala potensi yang dimiliki oleh sang suami sebagai kepala keluarga yang baik.
Saat ini terdapat banyak suami yang seringkali merasa dirinya tidak didukung oleh istrinya, mengapa?
Suami merasa tidak dimengerti kebutuhannya
Suami merasa tidak dihormati oleh istrinya
Suami merasa direndahkan (istri lebih dominan daripada suaminya.
III. Fungsi Wanita Sebagai Seorang Ibu Teladan
1.) Memberi kasih sayang dan rasa aman kepada anak.
Titus 2:4 “…dan dengan demikian mendidik perempuan- perempuan muda mengasihi suami dan anak-anaknya, hidup bijaksana dan suci, rajin mengatur rumah tangganya, baik hati dan taat kepada suaminya, agar Firman Allah jangan dihujat orang.” Perasaan dicintai adalah kebutuhan yang sangat mutlak untuk anak.
Ada 3 cara untuk mengekspresikan kasih tanpa syarat :
Kata-kata
Sentuhan fisik
Waktu
2.) Menanamkan Dasar-dasar Kebenaran Firman Tuhan.
Seorang ibu memiliki peran yang sangat vital dalam proses pendidikan kerohanian anak sejak dini, sebab ibulah yang pertama kali berinteraksi dengan anak.
Sosok pertama yang memberikan rasa aman dan sosok pertama yang dapat dipercaya oleh anak. Alkitab mencatat generasi Ilahi seperti Samuel, Yoas, Yohanes Pembaptis, dan Timotius adalah anak-anak yang luar biasa yang dipakai Tuhan pada zamannya. Orang tua mereka telah mendidik mereka sejak kecil dan membawa mereka kepada Tuhan.
Memperkenalkan Tuhan dan Firman-Nya merupakan tanggung jawab orang tua (Ulangan 6:6-7, 2 Timotius 3:15-16) sehingga anak mempunyai sifat, cara berpikir, cara berbicara sesuai dengan Firman Tuhan dan memiliki karakter Kristus.
3.) Menjadi Panutan bagi anak-anak.
Kita sering mendengar peribahasa,”Buah jatuh tidak jauh dari pohonnya”. Artinya kebiasaan orangtua akan menurun kepada anak. Anak-anak akan cepat meniru apa yang dilihat dan menyimpan apa yang mereka dengar, maka berilah mereka teladan yang baik.
Bagaimana menjadi teladan bagi anak ?
Melalui Perkataan
Melalui Perbuatan
4.) Mendisiplinkan Anak
“Tongkat dan teguran mendatangkan hikmat, tetapi anak yang dibiarkan mempermalukan ibunya” (Amsal 29:15).
“Didiklah anakmu, maka ia akan memberikan ketenteraman kepadamu, dan mendatangkan sukacita kepadamu.” (Amsal 29:17)
Tujuan pendisiplinan terhadap anak adalah dengan membuat mereka tunduk kepada otoritas, mengajarkan mereka tata krama dan perilaku yang benar terhadap orang lain, serta mengajarkan bentuk-bentuk tingkah laku yang boleh dilakukan dan tidak boleh dilakukan. Orang tua yang menciptakan lingkungan penuh kasih sayang disertai disiplin yang konsisten akan menghasilkan anak- anak yang percaya diri dan mempunyai rasa aman.