Kolose 3:12-15 TB - “Karena itu, sebagai orang-orang pilihan Allah yang dikuduskan dan dikasihi-Nya, kenakanlah belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemahlembutan dan kesabaran. Sabarlah kamu seorang terhadap yang lain, dan ampunilah seorang akan yang lain apabila yang seorang menaruh dendam terhadap yang lain, sama seperti Tuhan telah mengampuni kamu, kamu perbuat jugalah demikian. Dan di atas semuanya itu: kenakanlah kasih, sebagai pengikat yang mempersatukan dan menyempurnakan. Hendaklah damai sejahtera Kristus memerintah dalam hatimu, karena untuk itulah kamu telah dipanggil menjadi satu tubuh. Dan bersyukurlah.”
“Karena itu, sebagai orang-orang pilihan Allah yang dikuduskan dan dikasihi-Nya, kenakanlah belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemahlembutan dan kesabaran.” Kolose 3:12 TB | “Therefore, as the elect of God, holy and beloved, put on tender mercies, kindness, humility, meekness, longsuffering;”Colossians 3:12 NKJV
Kata kesabaran didalam King James version memakai kata LONGSUFFERING.
Ketika segala sesuatu berjalan sesuai keinginan kita, kesabaran mudah ditunjukkan. Ujian kesabaran yang sesungguhnya datang ketika hak-hak kita dilanggar. Ketika mobil lain memotong jalan kita; ketika kita diperlakukan tidak adil; ketika rekan kerja kita mencemooh iman kita; ketika kita sudah berbuat baik tetapi dibalas dengan kejahatan. Seperti Yudas yang mengkhianati Yesus; seperti Petrus yang menyangkal Yesus tiga kali; seperti orang israel yang telah diberi makan gratis, telah disembuhkan, setelah dibebaskan dari jerat setan, namun kemudian juga yang berkata "Salibkan Dia! Salibkan Dia!" Mereka lebih memilih Barabas seorang penjahat untuk dibebaskan daripada Yesus yang telah menyembuhkan mereka, memberi mereka makan, yang berusaha menyelamatkan mereka.
Sebagian orang berpikir bahwa mereka berhak untuk marah ketika menghadapi masalah, cobaan, dikhianati, ketidakadilan. Ketidaksabaran tampak seperti kemarahan yang suci. Namun, Alkitab mengatakan kesabaran sebagai buah Roh (Galatia 5:22) yang seharusnya dihasilkan bagi semua pengikut Kristus seperti yang dicatat dalam 1 Tesalonika 5:14 "…sabarlah terhadap semua orang." Kesabaran mengungkapkan iman kita pada waktu, kemahakuasaan, dan kasih Allah.
“But the fruit of the Spirit is love, joy, peace, longsuffering, kindness, goodness, faithfulness, gentleness, self-control. Against such there is no law.” Galatians 5:22-23 NKJV
Sekali lagi kata sabar dalam King James memakai kata LONGSUFFERING.
Bagaimanakah kita bisa LONGSUFFERING? Mintalah Rasul Paulus untuk menjelaskan kasih (Agápē) dan hal pertama yang keluar dari mulutnya: “Kasih itu sabar” - 1 Korintus 13:4. Kasih Agape itu gambaran dari kasih Tuhan. “Ia sabar terhadap kamu, karena Ia menghendaki supaya jangan ada yang binasa, melainkan supaya semua orang berbalik dan bertobat.” 2 Petrus 3:9.
Kesabaran yang sama inilah yang harus kita wariskan kepada orang lain. Kita mengenakan kesabaran (2 Korintus 6:6). Dengan sabar menanggung beban satu sama lain dalam kasih (Efesus 4:2) dan mengajar orang lain dengan "kesabaran yang besar dan pengajaran yang cermat" - 2 Timotius 4:2. Jika kita benar-benar mengasihi orang lain, kita akan bersabar terhadap mereka, karena “Kasih itu sabar.” - 1 Korintus 13:4.
Kesabaran bukanlah sikap permisif; kesabaran tidak menganggap dosa atau ketidakadilan itu baik. Kesabaran juga tidak pasif; Kesabaran hanyalah kepercayaan yang tak kenal lelah dalam segala hal yang kita lakukan, dan segala hal yang tidak dapat kita lakukan, bahwa Allah akan menangani segala sesuatu dengan keadilan yang sempurna (Ulangan 32:4). Dan Ia akan menggenapi segala tujuan-Nya (Yesaya 46:10). Oleh karena itu, kita tidak perlu marah. Ketika seseorang tanpa sengaja mengganggu Anda, Anda tidak akan menunjukkan rasa kesal. Ketika seseorang menyakiti Anda, Anda tidak akan membalas dendam. Ketika hidup membuat Anda menunggu, Anda tidak akan menganggap setiap percakapan sebagai kesempatan untuk melampiaskan kekesalan.
Bagaimana kita menunjukkan kesabaran yang menjadi ciri Kristus?
Pertama, kita bersyukur kepada Tuhan. Reaksi pertama seseorang biasanya adalah "Mengapa saya?", tetapi Alkitab mengatakan bersyukur berarti untuk bersukacita dalam kehendak Tuhan (Filipi 4:4; 1 Petrus 1:6).
Kedua, kita mencari tujuan-Nya. Terkadang Tuhan menempatkan kita dalam situasi sulit sehingga kita bisa menjadi saksiNya. Di waktu lain, Dia mungkin mengizinkan ujian untuk membentuk karakter kita. Mengingat bahwa tujuan-Nya adalah untuk pertumbuhan dan kemuliaan-Nya akan membantu kita dalam ujian tersebut. “Orang yang sabar melebihi seorang pahlawan, orang yang menguasai dirinya, melebihi orang yang merebut kota.” Amsal16:32TB
Ketiga, kita mengingat janji-janji-Nya. Seperti dalam Roma 8:28, yang memberi tahu kita bahwa "segala sesuatu turut bekerja untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana-Nya." "Segala sesuatu" berarti termasuk hal-hal yang menguji kesabaran kita.
Seorang Ibu berkata kepada saya, “Ira.. kamu itu persis seperti Papa-mu, bisa bentuk organisasi-organisasi, kumpulin orang-orang, dan buat acara-acara. Wow, that’s the legacy, Ir, turun from your Dad!"
Dari ungkapan seorang Ibu tersebut, saya merasa terharu dan setuju dengan apa yang disampaikannya. Saya teringat sekitar dua puluhan tahun yang lalu ketika saya masih bekerja di New Jersey. Pada suatu hari di perusahaan saya bekerja, seluruh karyawan menerima undangan untuk menghadiri sebuah konfrensi yang disertakan dengan fellowship dan makan bersama.
Pada waktu itu, saya dikenal sebagai orang yang pemalu dan pendiam. Ketika saya menerima undangan tersebut, tentulah saya enggan untuk hadir. Beberapa hari kemudian, alm. Ayah saya menghubungi saya dan menanyakan apakah saya akan menghadiri acara dari perusahaan tempat saya bekerja. Saya menjawab, “Tidak, Pa! Sepertinya saya tidak perlu hadir.” Di situ, Ayah saya sangat memahami perasaan saya. Ia segera memberikan nasihat, “Jangan malu untuk bertemu banyak orang, berkenalan dengan orang baru, dan berdiri di tengah kerumunan yang tidak kita kenal. Justru di situ ada kesempatan untuk mendapatkan banyak teman.” Meskipun demikian, saat itu saya masih menolak nasihatnya karena saya belum sepenuhnya memahami apa maksud dari perkataannya.
Ketika beliau meninggal dunia pada tahun 2016 akibat kecelakaan mobil yang sangat tragis saat berangkat kerja di pagi hari, malam itu juga, hampir lebih dari seratus orang datang ke rumah kami untuk menyampaikan rasa duka kepada ibu saya dan kami, anak-anak. Banyak di antara mereka yang datang adalah orang-orang yang tidak saya kenal, berasal dari luar gereja, luar kota, bahkan ada yang datang dari luar negeri, yaitu dari Canada. Berita mengenai kecelakaan tersebut menyebar dengan cepat, karena mereka sangat terkejut dan berduka atas kehilangan Ayah saya.
Disitu saya baru menyadari apa yang dimaksud oleh Ayah saya mengenai bergaul dan milikilah banyak teman. Selama hidupnya, dia banyak membantu orang lain. Dari kepedulian hatinya, ia bahkan mendirikan sebuah perkumpulan bernama “Nusantara” yang berfungsi sebagai sumber informasi bagi masyarakat Indonesia yang membutuhkan. Perkumpulan ini membantu mereka yang ingin mencari pekerjaan, tempat tinggal, atau informasi mengenai perpanjangan paspor, dan lain sebagainya. Apakah Ayah saya memiliki semua pengetahuan tersebut? Yang saya ketahui, beliau adalah seorang insinyur yang bekerja di perusahaan minyak. Lalu, bagaimana ia bisa dapatkan informasi sebanyak itu untuk memberikan bantuan kepada orang-orang tersebut?
Saya ingat sekali, kakak saya diminta untuk mencari informasi-informasii dari berbagai tempat, baik secara online maupun melalui telepon. Dan, ketika Ayah saya mengadakan acara-acara seperti bazaar, perayaan Natal, konferensi, dan lain-lain, tugas yang diberikan kepada saya adalah membuat flyer, undangan, buku acara, dan banner. Sementara itu, tugas yang diberikan kepada ibu saya meliputi penyediaan katering, pembuatan kue-kue, dan lain-lain yang berhubungan dengan konsumsi.
Saya dapat melihat berbagai macam cara yang dia lakukan untuk membantu orang-orang yang membutuhkan. Dua kata yang tepat untuk menggambarkan sifat Ayah saya adalah “murah hati.” Dengan kemurahan hatinya, ia telah memancarkan kasih, belas kasihan dan peduli kepada banyak orang.
Bukankah demikian yang kita lihat dari Tuhan Yesus, selama Ia di bumi? Dia yang adalah Raja diatas segala raja, pencipta langit, bumi, laut dan segala isinya mau turun ke dunia, bergaul dengan banyak orang susah, bahkan duduk, makan bersama dengan orang-orang berdosa. Yesus juga dengan belas kasihan memberikan kesembuhan bagi mereka yang sakit, dan membangkitkan yang sudah mati. Sampai Dia dipaku di kayu salib, Dia masih bisa berkata "Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat." Dan, ketika Dia terangkat ke surga, Dia pesankan kepada murid-muridNya bahwa mereka akan menjadi saksi di Yerusalem, dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi. Itu semua karena kemurahanNya, lebih dari hidup. Dia peduli akan semua manusida di muka bumi ini. Dia tidak mau umatNya binasa.
Hendaklah kamu murah hati, sama seperti Bapamu adalah murah hati. - Lukas 6:36
Jadi bagaimana caranya untuk mengembangkan kemurahan hati kita? Kemurahan adalah salah satu karakter Buah Roh (Galatia 5:22-23). Seperti buah, bagaimana buah itu dapat muncul dari ranting pohon, kalau bukan karena benih yang bertumbuh dengan baik. Benih kemurahan itu sudah ada dan tertanam didalam setiap kita yang percaya. Tugas kita tidak tinggal diam. Siramilah terus dengan membaca dan merenungkan firman Tuhan siang dan malam. Sehingga, seperti pada Mazmur 1 : 3 "Ia seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada musimnya, dan yang tidak layu daunnya; apa saja yang diperbuatnya berhasil.".
Demikian pula dengan talenta yang Tuhan kasih. Talenta itu sudah ada didalam diri kita. Gunakanlah sebaiknya untuk memuliakan Tuhan. "Maka kata tuannya itu kepadanya: Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia..." (Matius 25:21)
Suatu hari, Ayah saya mendapatkan tugas untuk memperbaiki sesuatu di dalam mesin Kapal Pesiar, hanya untuk satu hari itu. Setelah kembali kerumah, dia mulai menceritakan pengalamannya dengan penuh sukacita. Ternyata, ia bertemu dengan banyak karyawan orang Indonesia yang bekerja di kapal tersebut. Mereka mengajak Ayah saya untuk menikmati hidangan mewah tanpa biaya. Mereka melayaninya seperti seorang tamu terhormat. Ternyata, para karyawan Indonesia di Kapal Pesiar itu sangat senang dengan kehadiran Ayah saya karena mereka belum pernah bertemu dengan orang Indonesia yang masuk ke ruang mesin kapal dan mau berinteraksi dengan mereka yang bekerja di dapur.
Bermurah hati juga berarti kita sedang menabur, sehingga yang pada akhirnya kita juga yang menuai. “Berbahagialah orang yang murah hatinya, karena mereka akan beroleh kemurahan.” - Matius 5:7
Wahyu 4:11 - "Ya Tuhan dan Allah kami, Engkau layak menerima puji-pujian dan hormat dan kuasa; sebab Engkau telah menciptakan segala sesuatu; dan oleh karena kehendak-Mu semuanya itu ada dan diciptakan." Tuhan pencipta alam semesta adalah Allah yang layak menerima penghormatan tertinggi dari semua manusia ciptaan-Nya. Alkitab menunjukkan banyak cara untuk menghormati dan memuliakan Tuhan. Salah satu contoh dan teladan yang Tuhan Yesus berikan untuk menghormati Tuhan Allah Bapa di sorga adalah dengan melakukan apa yang berkenan kepada Bapa. “Dan Ia, yang telah mengutus Aku, Ia menyertai Aku. Ia tidak membiarkan Aku sendiri, sebab Aku senantiasa berbuat apa yang berkenan kepada-Nya.” Yohanes 8:29
Mazmur 71:8 - Mulutku penuh dengan puji-pujian kepada-Mu, dengan penghormatan kepada-Mu sepanjang hari. Ketika kita memuji Tuhan, bersukacita karena Tuhan, memuliakan namaNya, melakukan apa yang berkenan kepadaNya, kita membawa penghormatan yang terbesar untuk Tuhan. Di sisi lain, menghormati dan menghargai sesama manusia adalah bagian dari penghormatan kita kepada Tuhan. Karena sesama kita adalah juga ciptaan-Nya yang mulia. Dengan kita mengasihi sesama, menghargai orang lain tanpa memandang perbedaan status sosial ekonomi, serta hidup damai dengan semua orang, itu berarti kita mencerminkan kepribadian atau karakter Tuhan dalam hidup kita.
Istilah kata “menghormati” berarti memberi nilai dan penghargaan yang tinggi terhadap seseorang. Alkitab mencatat lebih dari 140 kali tentang menghormati orang lain. Baik itu ayah dan ibu kita, orang yang lebih tua, pasangan (suami-isteri), pemimpin, pemerintah, dan lain sebagainya.
1 Petrus 2:17 - "Hormatilah SEMUA orang, kasihilah saudara-saudaramu, takutlah akan Allah…! Semua orang artinya: ya semua orang! Tanpa memandang perbedaan.
Satu pengalaman ketika saya masih di Indonesia. Saya mengunjungi teman sepelayanan di kota Bogor dan mendapat kesempatan melayani seorang anak perempuan yang belum percaya kepada Yesus. Anak ini bekerja sebagai Asisten Rumah Tangga (ART) untuk teman saya. Berhubung saya hanya sendirian, maka teman saya menyuruh ART ini menemani saya tidur di kamar tamu. Ketika saya melihat dia mau menggelar tikarnya di lantai di bawah kaki tempat saya tidur, saya meminta dia untuk tidur di samping saya karena tempat tidur itu cukup besar. Awalnya dia menolak. Mungkin segan, atau tidak enak tidur bersama tamu majikannya. Namun setelah saya meyakinkan bahwa tidak ada masalah untuk tidur di kasur empuk bersama saya, akhirnya dia mau. Sebelum tidur, kami berdua membaca alkitab, berdoa dan memuji Tuhan.
Pada malam itu juga, dia mau berdoa bersama untuk menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamatnya. Haleluyah! Moral of this story, ketika kita mau menghormati sesama kita, yang mungkin status sosialnya lebih rendah, dampaknya adalah jiwa diberkati bahkan menerima keselamatan dari Tuhan. Glory to God!
Yakobus 2:1-4 berkata: "Saudara-saudaraku, sebagai orang yang beriman kepada Yesus Kristus, Tuhan kita yang mulia, janganlah iman itu kamu amalkan dengan memandang muka. Sebab, jika ada seorang masuk ke dalam kumpulanmu dengan memakai cincin emas dan pakaian indah dan datang juga seorang miskin ke situ dengan memakai pakaian buruk, dan kamu menghormati orang yang berpakaian indah itu dan berkata kepadanya: "Silakan tuan duduk di tempat yang baik ini!", sedang kepada orang yang miskin itu kamu berkata: "Berdirilah di sana!" atau: "Duduklah di lantai ini dekat tumpuan kakiku!", bukankah kamu telah membuat perbedaan di dalam hatimu dan bertindak sebagai hakim dengan pikiran yang jahat?"
Tuhan mau kita menghormati semua orang. Siapapun dia, kita hormati tanpa memandang perbedaan status apapun karena Tuhan mengasihi kita semua. Dia menginginkan hidup kita memuliakan namaNya dengan menghormati sesama kita.
Roma 12:10 - “Hendaklah kamu saling mengasihi sebagai saudara dan saling mendahului dalam memberi hormat. Nah, bagaimana kalau kita sudah mendahului memberi hormat, namun sebaliknya kita tidak dihormati oleh orang lain, atau malah dihina? Kabar baik, kita tidak boleh marah atau berkecil hati. Siapakah kita? Yesus sendiri yang adalah seorang Nabi, juga Tuhan dan Raja segala raja ditolak dan diremehkan orang karena dianggap hanya seorang “Tukang Kayu” dalam Markus 6:1-4. "Maka Yesus berkata kepada mereka: "Seorang nabi dihormati di mana-mana kecuali di tempat asalnya sendiri, di antara kaum keluarganya dan di rumahnya." - Markus 6:4
Harapan saya adalah ketika kita mengalami penolakan, penghinaan, diremehkan, dan tidak dihormati orang lain, tetaplah menghormati Tuhan dan menghormati sesama sehingga hidup kita senantiasa memuliakan nama Tuhan.
Ingatlah perkataan Yesus dalam ayat di atas dan TERSENYUMLAH! Praise the Lord!
Tuhan Yesus memberkati.
Salah satu kunci keberhasilan, selain dari pada pemberian Tuhan adalah disiplin diri. Kita mampu mengenal Tuhan lebih baik lagi karena kita membaca alkitab dan berdoa dengan disiplin, sehingga membawa hubungan kita lebih dekat lagi dengan Tuhan. Disiplin memainkan peran penting dalam iman Kristen, membantu dalam hal pertumbuhan, pematangan, dan bimbingan menuju kebenaran. Dalam Alkitab, banyak ayat yang menekankan pentingnya disiplin bagi kehidupan orang percaya.
Amsal 12: 1 “Siapa yang menyukai disiplin, menyukai pengetahuan, tetapi siapa yang membenci teguran, adalah orang bodoh." Ayat dari Kitab Amsal ini menekankan hubungan antara disiplin dan kebijaksanaan, memungkinkan individu memperoleh pengetahuan dan pemahaman, yang mengarah pada pertumbuhan pribadi dan kedewasaan spiritual. Disiplin erat kaitannya dengan hikmat dan pengertian. Ketika seseorang mengabaikan disiplin, mereka pada dasarnya menolak kesempatan untuk menimba ilmu dan bertumbuh dalam kebijaksanaan, bahkan dalam iman.
Ibrani 12:11 memberikan pemahaman tentang tujuan disiplin, "Untuk saat semua disiplin tampaknya menyakitkan daripada menyenangkan, tetapi kemudian itu menghasilkan buah kebenaran yang damai bagi mereka siapa yang telah dilatih olehnya." Ayat ini mengingatkan kita untuk menyemangati dan menanggung tantangan yang datang dengan disiplin, sebagaimana pada akhirnya kita melihat pertumbuhan kebenaran dan kedewasaan rohani.
Disiplin juga membantu seseorang fokus untuk mencapai tujuannya dalam menumbuhkan pengendalian diri. 1 Korintus 9: 27 - “Tetapi saya mendisiplinkan tubuh saya dan mengendalikannya, jangan sampai setelah berkhotbah kepada orang lain aku sendiri harus didiskualifikasi." Ini mengajak kita untuk menerapkan disiplin tidak hanya dalam kehidupan rohani, tetapi juga dalam tindakan dan kebiasaan yaitu dengan memastikan kita berjalan selaras dalam kehendak Tuhan, sehingga orang percaya dapat secara efektif memenuhi panggilannya.
2 Timotius 1:7 - “Sebab Allah memberi kita roh bukan rasa takut, melainkan roh kekuatan dan cinta dan pengendalian diri." Dalam ayat dari surat Paulus yang kedua kepada Timotius ini terlihat pentingnya Pengendalian Diri, yang merupakan buah dari disiplin. Umat beriman dipanggil untuk menjalankan disiplin diri dalam berbagai aspek kehidupannya, yang diberdayakan oleh Roh Kudus. Dalam proses pengembangan kehidupan rohani seseorang, disiplin diri adalah yang terpenting dalam membentuk pribadinya menjadi lebih serupa dengan Kristus.
Jadi setelah kita berhasil mendisiplinkan diri dan membentuk karakter. Diri kita akan menjadi terang atau berdampak kepada sekitar kita. Seperti dalam keluarga, komunitas gereja, society, negara, bahkan dimanapun kita berada. Matius 5:16 - “Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga.”
Karakter yang terbentuk melalui akhlak atau budi pekerti merupakan cerminan sejati dari diri kita, yang menggambarkan siapa kita sebenarnya dan apa yang Tuhan katakan tentang diri kita. Roma 12:2 - “Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.”
Orang Kristen yang memiliki karakter baik akan tampak nyata dalam setiap perkataan dan perbuatan. Seperti pada 2 Korintus 3:3 - “Karena telah ternyata, bahwa kamu adalah surat Kristus, yang ditulis oleh pelayanan kami, ditulis bukan dengan tinta, tetapi dengan Roh dari Allah yang hidup, bukan pada loh-loh batu, melainkan pada loh-loh daging, yaitu di dalam hati manusia.”
Mari Ibu-ibu, biarlah kita semua senantiasa di perbaharui dalam pemikiran-pemikiran kita guna membentuk karakter dengan pengendalian diri untuk disiplin diri, sehingga pribadi kita menjadi dampak bagi banyak orang. Doa saya agar kita semua tetap melekat kepada Tuhan, mengasihi Dia dan terus mengasihi sesama kita. Sehingga, together we are united as one body of Christ. Disaat kita membawa pelita pribadi masing-masing, lalu kita bergandengan tangan, bersatu hati, berdoa dan sepakat meminta, Tuhan akan bekerja dan menjawab. Bukankah ketika disatukannya banyak lidah api yang terpisah-pisah, satu api itu akan menyala besar? Demikian Roh Kudus akan dapat lebih leluasa berkarya membakar roh kita dan menjadikan kita pribadi yang berdampak. Itulah api yang sudah disatukan.
Tuhan Yesus memberkati kita semua.