Bayangkan seandainya kita memakai sebuah barang tanpa mengerti itu barang apa dan kegunaannya. Besar kemungkinan kita akan memakainya dengan tidak sesuai dengan tujuan penciptaannya. Oleh karena itu banyak orang yang salah persepsi tentang penggunaan kehidupannya. Berapa banyak orang yang mengalami kegagalan dalam hidupnya karena mereka hidup tidak sesuai dengan tujuan penciptaannya.
Mengerti tujuan hidup berarti kita menghidupi kehidupan secara maksimal. Banyak orang yang hidup hanya sekedar exist, tanpa berbuah. Tujuan penciptaan manusia adalah supaya mereka berbuah. "Be fruitful and multiply." Sukses bisa sangat berorientasi pada dirinya sendiri. Apa yang disebut kehidupan yang berbuah? Berguna buat orang lain, dirasakan untuk orang lain. Sehingga kita bisa memuliakan Tuhan pencipta kita.
Segala aspek kehidupan kita adalah untuk memuliakan Tuhan. We are uniquely created by God. Kita diciptakan oleh Tuhan dan untuk Tuhan. Kita harus meyakini dan menyadari semua dari Tuhan dan untuk Tuhan.
“Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.” - Roma 8:28
Daud dikenal karena keberaniannya, terutama ketika menghadapi Goliat. Meskipun ia hanya seorang pemuda yang tidak berpengalaman, “Bau Padang” ia memiliki keberanian luar biasa karena ia tahu bahwa Tuhan bersamanya.
"Tetapi Daud berkata kepada orang Filistin itu: 'Engkau datang kepadaku dengan pedang, tombak, dan lembing, tetapi aku datang kepadamu dengan nama TUHAN semesta alam, Allah barisan Israel yang kau tantang itu." - 1 Samuel 17:45-47
II. Pelajaran yang kedua adalah Daud menjaga hubungan dengan Tuhan.
"Tetapi yang kesukaannya adalah Taurat TUHAN, dan yang merenungkan Taurat-Nya siang dan malam." Mazmur 1:2
Daud tahu persis apa yang menyukakan hati Tuhan. Tuhan menjadi Prioritas utama dalam hidupnya, ia menyediakan waktu untuk berdoa, memuji Tuhan, dan bahkan ia menulis banyak mazmur yang menunjukkan kedekatannya dengan Tuhan. Ia tahu bahwa kesuksesan dalam kerajaan atau peperangan tidak akan berarti apa-apa tanpa kehadiran Tuhan.
"Ya Allah, Engkau adalah Allahku, aku mencari Engkau, dengan lapar aku mencari Engkau, jiwaku haus kepada-Mu, seperti tanah yang kering dan tandus tiada airnya." Mazmur 63:1-2
III. Pelajaran yang ketiga adalah Daud mengandalkan Tuhan dalam setiap langkah.
Salah satu kunci utama kesuksesan Daud adalah ketergantungannya pada Tuhan. Dimulai waktu masih menjadi gembala domba-domba milik ayahnya, Daud selalu mengandalkan Tuhan. Hingga Ia menjadi panglima perang yang hebat, ia selalu mencari petunjuk Tuhan dalam setiap keputusan penting. Daud tahu benar bahwa kekuatan dan kemenangan datang dari Tuhan, bukan dari kekuatannya sendiri.
"TUHAN, yang telah melepaskan aku dari cakar singa dan dari cakar beruang, Dia juga yang akan melepaskan aku dari tangan orang Filistin itu." 1 Samuel 17:37
"TUHAN adalah gunung batuku, kubu pertahananku, dan penyelamatku; Allahku adalah gunung batu tempat aku berlindung, perisaiku dan tanduk keselamatanku, tempat perlindunganku." Mazmur 18:2
Di dunia, kesuksesan sering kali diukur dari pencapaian materi, kekayaan, status sosial, jabatan, dan pengaruh. Kesuksesan yang berfokus pada tujuan pribadi, seperti menjadi kaya, terkenal, atau berkuasa.
"Berkat TUHANlah yang menjadikan kaya, susah payah tidak akan menambahinya." Amsal 10:22
Saya berdoa agar supaya dengan belajar dari kebiasaan Daud membangun kesuksesan hidupnya, ketiga hal diatas bisa membawa kita mengalami kesuksesan bukan hanya dalam pencapaian secara material, tetapi tentang hidup yang memuliakan Tuhan dan melayani sesama. Kesuksesan sejati adalah hidup yang setia pada panggilan Tuhan, mari wanitanya Tuhan tetap setia pada panggilan dan tujuan yang ditetapkan-Nya dalam hidup kita masing-masing. Amen.
Apakah bisa dikatakan seseorang memiliki "kebiasaan" mengasihi Tuhan dengan berdoa, puasa, membaca & melakukan firmanNya? Atau, memiliki gaya hidup sehat dengan biasa olahraga, biasa makan yang sehat? Juga melayani, bekerja / usaha, bersekutu, menolong, mengasihi keluarga dan sesamanya adalah kebiasaan?
Pernahkah dalam perjalanan iman kita, sewaktu masih bayi rohani ketika diminta untuk memimpin doa untuk makan, perjalanan, persekutuan dan kita berkata, “Aduh, saya ngga bisa berdoa." Saat itu doa bukanlah kebiasaan. “Sesuatu yang belum biasa akan menjadi sulit dilakukan.”
Kita memiliki kebiasaan yang sudah mendarah daging dari sejak kecil, pasti banyak hal yang kita sudah lakukan secara otomatis tanpa berpikir. Kebiasaan sangat kuat dan memainkan peran penting dalam membentuk kehidupan kita, bisa memperkuat atau menghancurkan kita. Kita bertemu dan dipengaruhi oleh orang-orang disekitar dalam pertumbuhan baik fisik, mental dan rohani.
Roma 12:2 (terjemahan FAYH): "Jangan meniru tingkah laku dan kebiasaan dunia ini, melainkan jadilah orang dengan kepribadian yang sama sekali baru dalam segala perbuatan dan pikiran. Niscaya Saudara akan mengerti dari pengalaman sendiri bahwa jalan-jalan Allah itu sempurna dan sungguh-sungguh memuaskan Saudara."
Dalam terjemahan Bahasa Inggris kalimat Kebiasaan Dunia dikatakan Pattern of the world, mengartikan bahwa dunia sekarang sedang membuat pattern kehidupan yang menggiring manusia sejak Pandemic untuk lebih sering menghabiskan waktu di Telepon, iPad, komputer dan alat technology lainnya.
Alkitab mencatat kebiasaan pekerjaan Saulus adalah menangkap, memenjarakan, mengancam dan membunuh pengikut dan murid-murid Tuhan Yesus. Pertemuan ilahi dengan Tuhan Yesus merubah secara totalitas kebiasaan Saulus. Kisah Rasul 9 mencatat Saulus tinggal dengan murid-murid, memberitakan Yesus di rumah-rumah ibadat dan mengatakan bahwa Yesus adalah Anak Allah. Hal ini membingungkan orang Yahudi.
Bagaimana dengan hidup kita, apakah ada kebiasaan baru yang menunjukkan iman yang kuat dalam Tuhan sudah membingungkan orang-orang disekitar kita?
Daud sebagai Raja mempunyai kebiasaan masuk hadirat Tuhan, dekat dengan tabut Allah. Setelah Daud melakukan dosa, Mazmur 51 mencatat Daud berdoa janganlah membuang aku dari hadapanMu dan janganlah mengambil roh-Mu yang kudus daripadaku.
“Kebiasaan baik membuat orang cepat sadar betapa pentingnya apa yang telah dilakukan berulang kali dibandingkan kesenangan dosa sesaat.”
Kebiasaan Daud menyadarkan bahwa dekat dengan Tuhan membuat Roh Kudus cepat bertindak, mengirim nabi Nathan untuk menegur supaya Daud berbalik.
Bersyukurlah kalau Tuhan menyadarkan atau mengingatkan kita atas perbuatan kita yang tidak baik lewat orang lain yang Tuhan kirim secara express atau saat kita berdoa.
David Mathis menulis buku “Habits of Grace” dikatakan dalam bukunya:
“God designed the church to be a community of lifelong learners under the earthly guidance of leaders who are teachers at heart. The Christian faith is not a finite course of study for the front-end of adulthood. Our mind-set shouldn’t be to first do our learning and then spend the rest of our lives drawing from that original deposit of knowledge. Rather, ongoing health in the Christian life is inextricably linked to ongoing learning."
(Tuhan merancangkan gereja untuk menjadi komunitas bagi murid seumur hidup di bawah bimbingan para pemimpin yang berjiwa guru. Iman Kristen bukanlah suatu pembelajaran yang terbatas hanya sampai masa dewasa. Pola pikir kita TIDAK seharusnya melakukan pembelajaran terlebih dahulu dan kemudian menghabiskan sisa hidup kita dengan memanfaatkan simpanan pengetahuan-pengetahuan tersebut. Sebaliknya, kelanjutan dalam kehidupan Kristen yang sehat terkait erat dengan pembelajaran yang terus-menerus.)
Dari buku "Atomic Habit", James Clear menulis:
“When scientists analyze people who appear to have tremendous self-control, it turns out those individuals aren’t all that different from those who are struggling. Instead, “disciplined” people are better at structuring their lives in a way that does not require heroic willpower and self-control. In other words, they spend less time in tempting situations.”
(Saat ilmuwan menganalisa orang-orang yang kelihatannya memiliki penguasaan diri yang luar biasa, ternyata mereka tidak beda jauh dengan orang-orang yang hidup dengan susah payah. Bedanya, orang-orang yang disiplin bisa lebih baik menata kehidupan mereka sehingga mereka tidak perlu kemampuan heroik atau pengendalian diri. Jadi dengan kata lain, mereka menghabiskan lebih sedikit waktu untuk tergoda dengan situasi yang sesaat.)
Marilah kita saling mendorong satu dengan lain untuk melakukan kebiasaan yang baik!
Tiga cara sederhana membangun kebiasaan baik:
Buatlah rencana yang realistis dengan kebiasaan baru.
Carilah dukungan dari teman seiman, keluarga atau pemimpin rohani.
Sabarlah dan kalau gagal sekali, lakukan kembali di hari esok. Amsal 24:16a Sebab 7 kali orang benar jatuh, namun ia bangun kembali.......
Kebiasaan 3 kali berdoa untuk seorang Daniel mempersiapkan dan memperlengkapi dirinya menghadapi tantangan-tantangan dunia.
Suatu hari, seorang wartawan bertanya kepada Mother Teresa tentang pekerjaannya yang luar biasa dan dampak besar yang telah dibuatnya di dunia. Wartawan itu berkata, “Bunda Teresa, apa yang Anda lakukan sangat luar biasa!” Mother Teresa dengan rendah hati menjawab, “Anda tahu, saya hanyalah pensil kecil di tangan Tuhan. Tuhan yang akan menulis surat cinta kepada dunia.”
It’s [God’s] work. I am like a … pencil in his hand. … He does the thinking. He does the writing. The pencil has nothing to do with it. The pencil has only to be allowed to be used.
Dengan pernyataan ini, Mother Teresa ingin menyampaikan bahwa semua pekerjaan baik yang dia lakukan bukanlah hasil dari kekuatannya sendiri, melainkan karena dia membiarkan dirinya dipakai oleh Tuhan. Seperti pensil yang digunakan oleh seorang penulis untuk menulis, Mother Teresa percaya bahwa Tuhan menggunakan dirinya untuk menyampaikan kasih, kebijaksanaan, dan belas kasih kepada dunia.
Kisah ini mengajarkan kita bahwa kita juga dapat menjadi alat di tangan Tuhan, melakukan hal-hal kecil dengan cinta yang besar, dan membiarkan Tuhan bekerja melalui kita untuk membawa kasih dan kebaikan ke dalam dunia. Mother Teresa menunjukkan bahwa setiap orang, tidak peduli seberapa kecil atau tidak penting mereka merasa, dapat digunakan oleh Tuhan untuk tujuan yang mulia.
Mungkin kita tidak dapat melakukan hal-hal yang besar. Namun, hal-hal kecil yang kita lakukan dengan penuh kasih, itu lebih dari cukup. Seperti apa yang diungkapkan oleh Mother Teresa, Not all of us can do great things. But we can do small things with great love.”"
Ia memenangkan hadiah nobel karena pengabdian hidupnya kepada orang-orang miskin dan terlantar. Delapan juta kotak sepatu bukanlah hasil sumbangan dari satu orang, tetapi dari sekumpulan orang yang mengerti makna pernyataan Mother Teresa ini.
Bunda Teresa bisa saja menjalani kehidupan normal, tetapi ia memilih jalan yang lebih besar dan lebih menantang. Dengan membantu para tunawisma, yang kelaparan, dan lain-lain, yang ia inginkan hanyalah memenuhi kebutuhan mereka dan bukan kebutuhannya sendiri. Bunda Teresa memiliki hati yang indah yang tidak pernah gagal menyentuh kehidupan orang lain. Ia memengaruhi banyak orang yang tertarik pada jalan damainya.
Bunda Teresa adalah seorang pejuang dan tidak pernah ingin menyerah. Bahkan ketika ia jatuh sakit, cintanya kepada orang lain masih begitu kuat.
Let us not use bombs and guns to overcome the world. Let us use Love and compassion.
Matius 25:42-45 TB : “Sebab ketika Aku lapar, kamu tidak memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu tidak memberi Aku minum; ketika Aku seorang asing, kamu tidak memberi Aku tumpangan; ketika Aku telanjang, kamu tidak memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit dan dalam penjara, kamu tidak melawat Aku. Lalu mereka pun akan menjawab Dia, katanya: Tuhan, bilamanakah kami melihat Engkau lapar, atau haus, atau sebagai orang asing, atau telanjang atau sakit, atau dalam penjara dan kami tidak melayani Engkau? Maka Ia akan menjawab mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang tidak kamu lakukan untuk salah seorang dari yang paling hina ini, kamu tidak melakukannya juga untuk Aku.”
Inilah ayat Alkitab yang dihidupi oleh Ibu Theresa. Satu quotes yang bagus dari beliau.
Love means to be willing to give until it hurts.” It means even when it is hard or uncomfortable, we are called to stand up for life, for the young, old, white, black, born and unborn.
"Cinta berarti bersedia memberi hingga terasa menyakitkan.” Artinya, bahkan saat sulit atau tidak nyaman, kita dipanggil untuk memperjuangkan kehidupan, bagi yang muda, tua, kulit putih, kulit hitam, yang sudah lahir maupun yang belum lahir.
Marilah kita hidup menjadi dampak bagi dunia yang gelap ini.